Gue baru aja baca sebuah kasus yang gue juga lupa dapet dari mana. Perempuan ini bernama Terri Schiavo. Gue bener-bener tersentuh banget ngebaca kasus dia, mungkin kasus ini uda ga begitu janggal lagi karena kasus ini sempet ngeboom banget di tahun-tahun 1990an akhir sampai tahun 2000an awal. Awalnya dia itu adalah sesosok remaja yang gemuk, beratnya sempat mencapai 90an kg. Biasalah lah yah wanita yang mengidamkan body image yang ideal, akhirnya dia melakukan diet sampai akhirnya ia menikah muda dan beratnya turun hingga menjadi 54an kg aja.
Beautiful Terri before she was sick. |
Keluarga dan suaminya tidak lantas menyerah begitu saja. Mereka terus berusaha merawatnya selama 15 tahun. segala selang makanan dan alat bantuan dipasangkan ke badan Terri. Ia bisa membuka matanya, tetapi ia seperti mayat hidup yang tidak bisa bereaksi apa-apa. Bagian otaknya yang mengatur kognitif, persepsi dan kesadaran telah rusak parah.
Pada tahun 1998, suaminya memutuskan untuk ke pengadilan demi tuntutannya mencabut segala kabel makanan dan alat bantu yang ada di badan Terri. Keputusan suaminya ditentang keras oleh pihak keluarga Terri, tetapi akhirnya pengadilan memutuskan bahwa Terri juga tidak mengharapkan untuk hidup lebih lama lagi dengan kondisinya yang seperti ini. Maka dari itu, segala alat bantunya dicabut dan selama 14 hari ia tidak diberikan makanan dan minuman. Akhirnya Terri meninggal pada tanggal 31 maret 2005. Salah satu dokter yang menanganinya bersaksi detik-detik kematian Terri.
She was so beautiful! |
The night before she died, I was in her room for probably a total of 3-4 hours, and then for another hour the next morning -- her final hour. To describe the way she looked as “peaceful” is a total distortion of what I saw. She was a person who for thirteen days had no food or water. She was, as you would expect, very drawn in her appearance as opposed to when I had seen her before. Her eyes were open but they were moving from one side to the next, constantly darting back and forth. I watched her for hours, and the best way I can describe the look on her face is “terrified sadness.”
Her mouth was open the whole time. It looked like it was frozen open. She was panting rapidly. It wasn't peaceful in any sense of the word. She was panting as if she had just run a hundred miles. It was a shallow panting. Her brother Bobby was sitting on one side of the bed I was on the other facing him. Terri's head in between us and her sister Suzanne was on my left. We sat there and we had a very intense time of prayer. And we were talking to Terri, urging her to entrust herself completely to the Savior. I assured her repeatedly of the love and prayers and concern of so many people." (Terri Schiavo's Final Hours: An Eyewitness Account).
When she was sick |
When she was sick |
*mohon maaf kalo ada salah berita.
References :
The Terri Schiavo Information Page. (2005). Ditelusuri pada tanggal 13 April 2011 dari http://abstractappeal.com/schiavo/infopage.html
Terri Schiavo's Final Hours : An Eyewitness Account. Ditelusuri pada tanggal 13 April 2011 dari http://priestsforlife.org/euthanasia/terrisfinalhours.htm
Picture :
http://www.about-knowledge.com/terri-schiavo/
http://gregbuyck.wordpress.com/2010/02/25/terri-schiavo/
http://www.davidduke.com/general/terry-schiavo-vs-gabby-giffords_22403.html
http://www.folsomvillage.com/WorldArchives/PicturesOfTerrySchiavo.shtm
No comments:
Post a Comment